BELITUNG,BELITONGBETUAH.COM – Seperti pengibaran bendera merah putih pagi tadi yang dipimpin Bupati Belitung, Sahani Saleh dalam upacara peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke -77, di halaman Kantor Bupati Rabu (17/8) berjalan dengan penuh khidmat dan lancar, begitu pula penurunannya sore tadi di tempat yang sama di pimpin oleh Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie, juga berjalan lancar dan penuh khidmat.
Momen kemerdekaan sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, sehingga merupakan sebuah kewajiban bagi kita untuk tiap tahun merayakan upacara peringatan. Sebab Proklamasi merupakan puncak penjuangan bangsa Indonesia, menandakan kebebasan tanah air dari belenggu penjajah.
Selain itu, Proklamasi juga sebagai gerbang awal menuju masyarakat Indonesia yang adil dan Makmur, dan menjadi wujud penanda revolusi baru serta berkah dari Yang Maha Kuasa. Selama 350 tahun kita dijajah, 17 Agustus 1945 adalah hari yang begitu berarti dan penting dalam perjalanan bangsa ini.
Hanya saja, sekarang untuk menjaga kemerdekaan itu, kita tak lagi mengangkat senjata seperti para pendahulu kita, tapi semangat kemerdekaan yang tertancap dalam jiwa masyarakat Indonesia selalu membawa harapan untuk berjuang melawan kekejaman jaman. Seperti pandemi covid 19 yang melanda, telah membawa banyak keterpurukan pada hampir semua sektor dan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karena itulah, tema kemerdekaan 17 Agustus 2022 ini, yakni Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat. Ditemui usai jadi pimpinan Pelaksana Upacara penurunan bendera merah putih, Isyak menterjemahkan tema tersebut, ‘’ Saya sepakat, Pak Presiden pilih slogan Pulih lebih cepat dan Bangkit lebih kuat, karena tahun lalu waktu kita ditengah pandemi, kalau kalian masih ingat, slogan kita ‘’Ayo Pulih’’. Ini adalah pulih dari pandemi, pulih dari ekonomi. Jadi kata pulih itu tepat, mathcing. Karena tanpa kepulihan soal kesehatan, soal pandemi, sulit untuk pulih ekonominya. Karena masyarakat, terkungkung kemerdekaannya,” ujarnya.
Ia melanjutkan,’’ Kemarin kita melawan penjajah, sekarang kita melawan pandemi. Sama, kita juga dikurung. Jadi kebebasan itu baru kita rasakan setahap demi setahap, walau pun belum 100%. Namun masyarakat juga memerlukan jaminan dari para Pemimpin-nya bahwa mereka dibawa ke arah yang benar. Masyarakat itu mengikuti dari belakang. Jadi kalau dibawa ke arah yang tak punya visi, gak punya program inovatif, masyarakat pasti akan tersesat. Karena itulah saya harapkan kepada masyarakat bahwa tema itu bukan sekedar diciptakan untuk gagah-gagahan, tapi itu memiliki makna untuk mengingat kebersamaan kita,’’ beber Isyak.
Secara garis besar, Isyak menilai kondisi sekarang bangsa Indonesia bisa melewati sebuah tantangan badai global yaitu pandemi covid 19, walaupun belum berakhir total tapi sudah melewati satu hambataan besar dalam pembangunan.
‘’ Tentunya, sekarang Indonesia punya tantangan kedua sesuai dengan tema. Setelah pulih cepat, bisa bangkit lebih kuat gak. Nah itu tergantung kepada kolaborasi seluruh masyarakat dengan pemerintah. Tantangan berikutnya adalah resesi ekonomi. Pak Jokowi sudah memimpin dengan baik, bagaimana membawa Indonesia tidak masuk dalam jurang resesi,’’ tukasnya.
Terkait hal itu, Isyak menyimpulkan apa yang menjadi arahan dari Presiden dalam pidato Kenegaraannya, kemarin ( 16/8). ‘’ Kita jangan tidak waspada, karena apapun bisa terjadi. Di Belitung juga akan melakukan hal yang sama. Kita akan amati ada gak penurunan angka pertumbuhan ekonomi. Kemudian, bagaimana men-stimulai UMKM naik kelas, bagaimana transportasi wisata bisa berhasil gak. Yang paling penting rasa kemerdekaan masyarakat. Pertama lebih bahagia dan nyaman tinggal di Belitung. Kedua, ada kepastian hukum, yang ketiga transformasi ekonominya berhasil atau tidak,” paparnya.
Isyak juga menyebutkan, modal untuk merealisasikan semua itu, adanya gotong royong dan kolaborasi melewati pandemi, serta dengan kekompakan, dimana itu telah terbukti di sini. ‘’ Kalau untuk membangun ekonomi saya rasa masyarakat Belitung akan kompak karena itu berkaitan dengan masing-masing kesejahteraan keluarga. Kita sebagai para pemimpin harus bisa menunjukkan keteladan dan juga inovasi. Kata kuncinya adalah inovasi. Jadi bukan menjalankan yang sudah ada, tapi kita harus mencari peluang dan pontensi. Bagaimana masyarakat diberi gagasan atau ide, sehingga mereka tidak menjadi masyarakat yang pasif,” pungkasnya. (Yusnani)