Spice of svara, merupakan orkestra melayu Belitung Timur, akan menggebrak Borobudur, besok Minggu (11/9) dalam rangkaian acara G 20 untuk para Menteri Kebudayaan. Spice of svara sendiri adalah hasil bentukan program belajar bersama maestro dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI merupakan bagian dari agenda JPJR ( Jelajah Pesona Jalur Rempah). Undangan tampil disana, tentu kabar menggembirakan bagi Pemda Beltim, sebagai upaya memperkenalkan seni tradisional Beltim pada kancah nasional dan dunia. Spice of svara bukan hanya menampilkan pertunjukkan musik klasik, melainkan sebuah dokumentasi sejarah yang dibuat dalam bentuk orkestra.
Ditemui disela-sela acara From Bangka Belitung To The World, Jumat ( 9/9) di Pendopo, Tanjung Kelayang, Kepala Dinas Pariwisata Beltim, Evi Nardi mengatakan undanggan spice of svara tampil di Borobudur, dalam rangka G20 untuk Menteri Kebudayaan. ‘’ Acara ini diselenggarakan di Borobudur, dimana Belitung Timur akan tampil, pada 11 September,’’ ujarnya.
Terkait spice of svara sendiri, Evi Nardi menceritakan grup tersebut dibentuk pada tahun 2020, ‘’Ini masuk program Belajar Bersama Maestro. Dari awal, kami ingin mengangkat gambus Belitung Timur. Mestro-nya waktu itu Pak Rihani Derais, dari Kelapa Kampit, Asisten Maestronya Pak Sukirno dari Batu Penyu. Anggota-anggotanya adalah seniman-seniman muda dari sanggar seni yang ada di Beltim. Kita kumpulkan jadi satu grup. Kemudian tahun 2021 mereka sudah mulai tampil ke luar daerah,’’ ungkap Evi Nardi.
Ia juga menyebutkan, bagi Beltim, undangan tampil di Borobudur, sebuah momentum yang luar biasa. ‘’ Kami juga, tidak menyangka bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi langsung mengundang. Karena mereka selalu memantau, program-program Kementerian yang ada diseluruh Indonesia. Ternyata Beltim ini menurut mereka salah satu kabupaten yang aktif, untuk memajukan Kebudayaannya sehingga kita dapat reward, dapat apresiasi. Mereka juga memantau terus kalau spice of svara sampai saat ini tetap eksis dan aktif menciptakan karya-karya yang luar biasa,’’ beber Evi Nardi lagi.
Lanjutnya, apalagi spice of svara ini mereka pantau dari awal, 2020 hingga sekarang sudah mengisi banyak acara. Baik di Belitong sendiri maupun di luar, khususnya untuk event-event nasional dan internasional. ‘’ Terakhir kemarin, pada awal Agustus mereka tampil di Tenggarong Internasional Folk Art Festival, di Kalimantan Timur,’’ terangnya.
Evi juga menyebutkan, acara di Borobudur merupakan diplomasi budaya. Mereka memperkenalkan Belitung Timur lewat music, ‘’Bahwa kami punya gambus Belitung Timur yang sudah kita kaji bersama-sama. Kemudian musiknya orchestra melayu, inilah yang dipromosikan. Jadi lewat jalur diplomasi budaya inilah bisa mengangkat Belitung Timur ke Internasional,’’ tukasnya.
Diterangkan Evi, gambus Belitung memiliki keunikan tersendiri, sehingga masuk dalam produk jalur rempah. ‘’ Berbicara jalur rempah, tidak melulu bicara rempah. Tetapi bagaimana proses alkuturasi budaya yang ada dalam jalur rempah itu. Nah, salah satunya gambus. Ternyata sebaran gambus ini, dari Barat sampai ke Timur itu ada. Namun, Belitung Timur memiliki ciri khas khusus, lewat nadanya. Iramanya seperti sepen Buding, sepen Penyu. Dan, gambuspun setelah kami kaji, ditemukan dibeberapa desa di Belitung Timur, seperti di Desa Simpang Pesak, Desa Balok, Desa Kelubi, terus di Desa Batu Penyu. Ini kajian dari kami. Kemudian, keunikan lainnya, kepalanya sangat khas, ada motif berbentuk kapal, motif burung,’’ terang Evi.
Sehubungan dengan keunikan gambus Beltim, ia sampaikan, tahun 2021, Beltim kedatangan maestro gambus nasional dan internasional Alm. Bapak Irwasyah Harahap. Beliau sangat terkejut sekali, ternyata Belitung Timur masih memiliki irama gambus yang kuno, yang khas sekali, dimana tidak dijumpai di daerah lain.
Bahkan tutur Evi,’’ Beliau ( Pak Irwansyah) bilang mengapa baru ke Belitung Timur tahun 2021. Harusnya, kata beliau, saya sudah dari dulu ke Belitung Timur. Beliau kaget. Jadi, ini menandakan secara budaya, Belitung Timur ini memang masih lestari. Tinggal bagaimana Pemda bersama dengan masyarakat mengembangkannya, memanfaatkannya untuk lebih baik lagi,’’ ujarnya.
Kemudian, untuk tampil di Borobudur nanti, kata Evi, mereka sudah mempersiapkan diri pada akhir Juli. ‘’ Jadi begitu kami diundang, kita langsung melakukan persiapan. Dan, kawan-kawan kita ini, Alhamdulillah sudah siap. Mereka sangat semangat, merasa bangga, jadi latihannya intensif sekali,’’ pungkasnya. (Yusnani)