Ditemui pada Jumat sore ( 16/9) Sukirman, Anggota Komisi II DPRD Belitung, minta kepada PT. PUS untuk menaikkan harga TBS kelapa sawit milik petani swadaya, yang selama ini hanya diterima seharga Rp 1.300. Dengan harga tersebut terasa berat bagi petani, mengingat sekarang ini harga pupuk naik dan harga BBM juga naik. Selain itu, TBS pada pabrik yang di Belitung Timur menerima dengan harga Rp 1.625 untuk PT. SMM dan PT. PS Rp 1.550
Sukirman yang sebelum menjabat sebagai anggota dewan, juga seorang petani sawit ini, mempunyai CV. Suka Maju, menaungi puluhan petani swadaya di desanya, Kembiri. Mengenai, PT. PUS sendiri, “ La 2 minggu dak de kenaikan. Biasenye, tiap minggu naik. Paling endak Rp 100 tiap minggu. Tapi, dengan stop-nya PT. Parit Sembada, kan mereka dak ngambik. Jadi, PT. PUS dak naik ek harge, mungkin karena urang banyak numpok kan die. Hargenye Rp 1.300,’’ ungkap Sukirman.
Harge tersebut berlaku untuk semua umur sawit. ‘’ Jadi dak pakai umur agik e. Seharusnye kan dak seperti itu, ade tingkatan. Kamek ngerti itu. Tapi kan die ( PT. PUS) dak mau ambik pusing. Sedangkan kamek kan buah-buah lama, buah-buah lah belasan tahun. Pabrik lain, ngambik e Rp 1600. Make die gak Rp 1.300,’’ ujarnya.
Belum lagi, gradingnya, sebesar 6%. Tapi itu masih tergantung dengan situasi, bila seandainya buah kurang bagus, nambah 3%. Tapi kadang bisa nyampai 12 %. ‘’ Tergantung permainan mereka itu,’’ tukasnya.
Dengan kondisi seperti ini, ia katakan jangan sampai masyarakat berlanjut resah, harus ada tindak lanjut. ‘’ Bila perlu izin die diingatkan dulu. Kalau dak diindahkan juak, dicabut saja. Jadi harus diberi sanksi tegas. Kalau kamek di Kabupaten ini kurang kena, setidaknya Provinsi harus tegas,’’ imbuhnya.
Terkait harga, seharusnya harga Rp 1300 itu diterima petani langsung, bukan di tingkat pengepul. ‘’ Dengan harga Rp 1.300 itu, sampai ke petani Rp 900. Terus Rp 900 itu kena grading, kena putong bawa balik. Paling dak ujong nye Rp 200 atau Rp 100. Jangan kire Rp 900 itu untuk semue. Karena susut. Beli 6 ton, kadang agik 5,5 ton. Lum diputong pabrik sekitar 500 kilo, agik 5 ton lah kurang lebeh. Jadi seton ilang e,’’ jelasnya.
Selain masalah harga dan grading, yang menjadi perhatian Sukirman adalah ‘’ Kalau ada yang complain, mereka dak gilak nak ngambik buah e. ini yang saya sayangkan. Kamek di DPRD kan serba salah. Jadi mun dapat, masyarakatlah yang bertindak. Kemarik 2 minggu nok lalu, masyarakat nak demo, tapi dak jadi. Kalau mereka demo, kini mereka RDP ke DPRD. Jadi kamek nyaman nak manggil perusahaan, terus manggil masyarakat, ape seh, sebenar e masalah mereka,’’ terang Sukirman.
Lebih lanjut ia katakan, kalau harga TBS di Bangka itu lebih bagus dan gradingnya rendah. “ Itu la sebulan nak lalu, ukan baru nak seminnggu, dua minggu. Aku kan terus saya mantau harge neh. La isak aku telpon, kate e payah pak. Alasan e itulah, kamek gak lokal,’’ ujarnya.
Terus, ‘’ Kalok sawit dibawah harge Rp 1000, aku rase dak de untuk upah kerje. Ape agik masyarakat, itu gak asal-asal ajalah,’’ tutur Sukirman, yang selalu mendapat aduan dari petani sawit, namun ia belum bisa berbuat banyak,’’ Ade nyebut kadang-kadang dewan dak de gawe. Apa nak kamek gawe ek, kamek neh mun ade aduan tetap kamek tindak lanjut ek. Ape saja permasalahan di masyarakat, tetap aku sampaikan. Cuma inikan masalah e mereka nak ngarap ek dewan semue. Dak bisalah, mereka juak harus dobrak,’’ tukasnya mengenai banyaknya aduan petani sawit kepada dirinya.
Selain harga sawit yang diambil PT. PUS lebih rendah dari pabrik lainnya, pasokannya juga dibatasi. Sehari hanya dijatah satu mobil, paling banyak 2 mobil. ‘’ Satu mubel itu paling banyak 6 ton. Jadi kemarik Krisna (Ni Wayan Krisna) minta tulong jual ek. Kan kiape, nak kamek disinek jak dibatasek,’’ katanya.
Satu mobil itu untuk 1 supplier. Jadi kalau kontraknya itu 200 ton sebulan, itu 1 mobil sehari, tapi kalau kontraknya diatas 200 ton, bisa 2 mobil sehari. “ Jadi PT. PUS ini memang muat aturan sendiri, muje die dak de saingan e,’’ tukasnya.
Karena itulah, sebagai Anggota Dewan, Sukirman meminta kepada Provinsi untuk memberikan ketegasan kepada PKS. Dan menyambut baik, Rapat Kerja yang dilakukan oleh Kawan-kawan Dewan Provinsi terkait harga TBS kelapa sawit dengan sejumlah perwakilan dari pihak perusahaan sawit di Belitong, pada Jumat pagi ( 16/9) di Wisma Bougenville, serta berharap semua persolan ini secepatnya ada solusi. (Yusnani)