BELITUNG, BELITONGBETUAH. com – Menjelang magrib, sekitar pukul 17.20 WIB, Isyak Meirobie Wakil Bupati Belitung, datang bersama rombongan dari LEPRID ( Lembaga Prestasi Rekor Indonesia Dunia) ke Arkilla Mangrove Lounge, sebuah kafe terapung diatas muara Sungai Berangan, Dusun Ilir, Desa Bantan, Kec. Membalong. Ketua Umum LEPRID, Paulus Pangka memberikan penghargaan atas prestasi Destinasi Wisata Terapung yang memadukan wisata bakau dan laut pertama di Indonesia.
Wajah Isyak tampak ceria, meski kabarnya seharian ia berada dibeberapa tempat melaksanakan tugasnya. Rasa bangga tak dapat ia sembunyikan, lantaran Destinasi baru nan unik, Arkilla Mangrove Lounge (AML) menyabet penghargaan. Isyak memang bukan ownernya, namun sebagai Wakil Bupati ia tak henti-hentinya memajukan dunia pariwisata Belitung untuk segera bangkit kembali.
Ditemui disela-sela acara, mengenai keberadaan AML sendiri, ia mengatakan,’’ Tadi sudah dikukuhkan, dari Lembaga Prestasi Rekor Indonesia Dunia, LEPRID. Ini tempat wisata terapung, yang memadukan wisata bakau dan laut, pertama di Indonesia. Artinya bahwa di Belitung, kita membutuhkan lebih banyak destinasi yang seperti ini. Yang tidak merusak alam, tetap menjaga kelestariannya, menjaga keorisinalitasannya. Kemudian bisa menampung kebutuhan wisatawan,’’ bebernya.
Menurutnya, itu yang paling penting. Wisatawan banyak datang ke Belitung, mengeluhkan mereka tak bisa menambah long of stay, karena kehabisan tempat. Mereka punya perasaan yang bosan, sehingga memerlukan tempat-tempat baru.
‘’ Nah, destinasi seperti inilah, yang bisa menjawab kebutuhan tersebut. Dan, cocok dengan Unesco Global Geopark, melestarikan alam. Kita lihat bakau-bakau ini tidak ada yang diganggu, kondisi sungai tetap lestari. Pengolahan limbahnya juga tetap baik. Dan, mereka tidak mamakai jangkar yang merusak apapun dibawah. Ini menarik sekali. Jadi menurut saya tempat ini layak didukung dan mendapatkan dorongan dan stimulus dari Pemerintah,’’ katanya.
Mengingat keberadaan AML itu ada di Desa Bantan, kec. Membalong, dimana selama ini wilayah pariwisata Belitung ada di utara, di Sijuk misalnya. Ia menjawab, ‘’ Pariwisata itu tidak boleh dibangun dalam satu cluster, semua orang bisa menikmati. Tapi momentum-momentum yang harus kita ciptakan. Nah, momentum kemarin, kita sudah ledakkan melalui G 20 di utara Belitung. Sekarang kita harus mulai membantu daerah selatan. Selatan ini punya Arum Dalu, Leebong, punya Arkilla, punya Batu Baginde, itu belum meledak. Tapi kalau kita sudah menemukan polanya, ini akan bagus sekali’’.
Malahan, ketika musim angin barat datang, bagian selatan akan meng-cover kekurangan di bagian utara. Dan, sekali lagi ini akan menambah long of stay. ‘’Tadinya hanya 3 hari, gak cukup. Orang akan merasa, Saya minggu depan harus kembali. Ini yang terjadi dengan Thailand, Malaysia, Bali. Orang akan kangen terus, karena banyak destinasi yang belum mereka datangi. Ini sebuah strategi, yang bagus,’’ sebutnya.
Sambung Isyak, “ Dan, kita bersyukur ketemu dengan pengusaha yang mau untuk mengorbankan dan mendedikasikan. Banyak orang punya duit di Indonesia, tapi yang mau keluar duit untuk membangun sebuah tempat yang menyerap tenaga kerja, kemudian yang bisa merangsang pertumbuhan pariwisata itu sedikit, apalagi disituasi pasca pandemi,’’ tukasnya.
‘’ Makin sedikit orang menahan uangnya. Tapi Pak Lim Dickson (owner AML) terbalik,’’ katanya lagi, sehingga ia menyebutkan bahwa ini sebenarnya ide gila.
‘’ Saya ingat, Pak Dickson itu presentasi di Pemda itu 3 tahun lalu. Dan, 80% yang dengar presentasinya, akan bilang ini gak akan pernah terwujud. Karena terlalu bombastis. Master plan-nya terlalu gila. Terlalu bagus. Tapi saya melihat, some day, ini pasti terwujud. Hanya soal waktu. Sayangnya, karena pandemi, beliau membenamkan impiannya. Nah, ketika saya ketemu beliau, tolong bantu kami. Ini permintaan bantuan, dari kami sebagai pemimpin daerah, kita butuh orang-orang yang bisa merangsang pengusaha lainnya untuk berani berinvestasi di Belitung. Dan, kita sebagai masyarakat harus mengapresiasi ini,’’ ujarnya.
Isyak juga menyampaikan, Arkilla jangan memikirkan soal kuantitas. Yang dibangun harus wisata berkualitas. Sehingga, orang yang datang, itu jangan dihitung dengan banyakmya orang. Tapi dilihat dari kualitasnya.
‘’ Jadi jangan tersinggung, kalau kok masuk Arkilla agak mahal. Karena memang investasinya mahal. Air bersih aja dikirim berapa jauh. Bahan baku dikirim berapa jauh. Membangun ini, berapa. Makanannya itu standar bintang 5, jadi rasanya enak. Kalau kita berwisata, kan tempat harus nyaman, pelayanan harus baik, ramah serta makanan enak,’’ pungkasnya. (Yusnani)