Sekjen PB PGRI: Kagumi Semangat dan Kebersamaan Guru di Belitung

oleh -

Tanjung pandan, belitongbetuah.com–Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI) Drs. H. M. Ali. H. Arahim, M. Pd pada Seminar Nasional Pendidikan di Gedung Serba Guna Pemkab Belitung, Rabu (12/10) mengapresiasi semangat dan kebersamaan para guru di Belitung. Seminar itu sendiri, dihadiri ratusan guru yang ada.

IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-09DESAAIKRAYAK
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-10DESAAIRMERBAU
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-11DESAPERAWAS
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-12DESAKACANGBUTOR
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-28DESATANJUNGRUSA
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-16DESAAIKPELEMPANGJAYA
previous arrow
next arrow
Shadow

Lantaran keterbatasan tempat, sehingga semua Guru tak bisa datang semua, namun acara seminar itu dapat disaksikan secara virtual. Antusias ini, kata Ali Arahim yang membuat dirinya kagum. ‘’ Saya dapat laporan dari panitia, karena tempat tebatas, maka peserta dibatasi. Tapi yang lainnya, menyaksikan seminar ini secara virtual. Semangat dan kebersamaan ini, luar biasa, dan saya mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan perhatian dari kawan-kawan,’’ kata Ali saat ditemui BB usai acara.

Dengan tema ‘ PGRI Sebagai Organisasi Perjuangan’, Ali menyampaikan ada banyak hal yang mereka perjuangkan. Mendasar sekali, berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan para peserta, ‘’ Mengenai adanya revisi Undang-undang Sisdiknas, karena dengan Rancangan Undang-Undang Sisdiknas itu menghilangkan makna dari pada Guru dan Dosen dalam UU Nomor 14 Tahun 2005. Dengan itu kita kawal. Itulah mengapa gerakan ini dilakukan secara nasional,’’ terangnya.

Mengapa hal tersebut sangat penting? Kata Ali, disitu ada ketentuan pengakuan guru sebagai profesi. ‘’ Jadi kalau dihilangkan UU guru dan dosen, maka gurunya tidak lagi profesi. Sementara kan ada istilahnya, profesi wartawan, profesi pengacara. Ini yang disuarakan teman-teman, sehingga ada spesifikasi pengakuan tentang profesi. Itu yang kita kawal. Jadi pasal-pasal yang tertuang dalam UU 14 itu, kita akan merasakan kembali dalam rancangan Undang-undang Sisdiknas, ini yang utama, ’’ ungkapnya.

Yang kedua sambung Ali, mereka sudah mengawali lahirnya UU 14 selama 6 tahun. Dari tahun 1999 sampai 2005 sampai terbentuknya UU tesebut. ‘’ Karena ini perjuangannya sangat lama dan membutuhkan enerjik yang besar, makanya kita kawal agar tetap dipertahankan,’’ katanya.

Ia juga menyebutkan, betapa besarnya peran guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurutnya, manusia dapat menjadi manusia, apabila dapat memanusiakan manusia itu sendiri. ‘’ Siapa dia. Itu guru,’’ tukasnya, mengenai tugas guru dalam mendidik dan mencerdaskan manusia Indonesia.

Sehubungan dengan tugas guru yang berat, dalam hal ini ia mengatakan, “ Kami sudah mulai kegiatan bagaimana memberikan penguatan profesi kepada guru. Kami kerjasama dengan EI (Education International), yang diterapkan di Kabupaten, Kecamatan. Jadi situ ada peran PGRI dimasing-masing tingkatan untuk penguatan. Tugas ini berat, tapi tugas mulia. Sehingga selalau saya pesankan kepada guru, dan kami sepakati untuk ke sekolah dengan hati yang tulus mengabdi,’’ beber Ali lagi.

IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-18PADANGKANDIS
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-26DESAKEMBIRI
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-23DESASIJUK
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-24DESAAIRSAGA
previous arrow
next arrow
Shadow

Maksudnya sambung Ali, kita memang punya tugas, tapi itu bukan sebuah beban, karena bisa diatasi dengan cinta kita. Cinta kita terhadap tugas. Dengan begitu, Kegiatan Belajar Mengajar terjalin dengan baik. Sehingga, pencerdasan kehidupan bangsa itu betul-betul melekat pada guru, masyarakat dan orang tua. ‘’ Peranan ketiga lembaga ini sangat menentukan untuk keberhasilan seorang anak,’’ imbuhnya.

Selanjutnya mengingat tantangan guru kedepannya cukup berat di era globalisasi sekarang ini, bila dikaitkan dengan kurikulum merdeka yang menitik beratkan pada karakter anak didik, Ali menerangkan bila mereka sudah MoU dengan Menko PMK untuk sekolah pendidikan berbasis karakter. Penyelenggaraannya sudah masuk tahun kedua, dan baru dilaksanakan di 15 provinsi.

“ Pendidikan karakter adalah suatu contoh konkrit yang nyata. Yang diterapkan oleh guru-guru sekarang. Guru ditugaskan untuk datang ke sekolah lebih awal. Mereka di pintu gebang untuk menyalami anak masuk sekolah dan menanyakan bagaimana kondisi kesehatan, bagiamana belajarnya serta bagaimana hubungan dengan orang tua. Ini bagian dari pendidikan karakter,’’ bebernya.

‘’ Harapan kita ke depan, ini akan berlaku diseluruh Indonesia. Sekarang, kita baru uji coba di beberapa provinsi, dan nanti sekolah yang dijadikan evaluasi gerakan nasional mental ini, masing-masing ada di provinsi pada tahun 2023,’’ pungkasnya. (Yusnani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *