Bangganya, Lihat Kreatifitas dan Potensi Adik-Adik PAUD dan TK

oleh -

Tanjung Pandan, belitongbetuah.com– Riuh campo hirau degau, inilah mungkin istilah orang Belitong yang pas untuk menggambarkan suasana penutupan ajang lomba kreatifitas bagi anak-anak didik dan Pendidik tingkat PAUD dan TK se- Belitung, yang ditutup Jumat (21/10) di Gedung Nasional, Tanjung Pandan. Disaat nama-nama pemenang lomba dari 9 kategori dibacakan, anak-anak tampak ceria dan gembira. Bagi mereka menang kalah, urusan nanti , sejatinya keberanian dan keikutsertaan mereka dalam lomba, sudah merupakan prestasi. Hanya para guru dan orang tua terlihat deg-deg-an. Sebuah reaksi yang wajar. Dan reaksi yang wajar pula, ketika gemuruh tepuk tangan membahana seantero gedung, saat diumumkan nama pemenang dan berasal dari sekolah mana.

Alhasil, kegembiraan dan kehebohan tak dapat disembunyikan. Di samping itu, Emak-emak dan para guru mendadak jadi photografer, mengabadikan momen penerimaan piala dan uang saku, sebagai hadiah sang juara. Tersisa sedikit yang duduk dibangku masing-masing, kebanyakan emak-emak dan para guru berdiri, saat nama-nama pemenang dipanggil untuk maju ke depan. Kalau sudah begini mendingan wartawan mundur dulu, selesai ngambil photo langsung kembali ke tempat semula. Lagian, siapa yang berani bersaing dengan emak-emak!

Pak Soebagio selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Belitung, Bu Yayan Ketua Panitia acara serta undangan lainnya, dari bangku diatas panggung duduk anteng, merasa bangga dan senang menyaksikan antusias para orang tua, guru dan para siswa terhadap animo mereka dengan kegiatan tersebut. Lomba yang dimulai dari Senin (17/10) diikuti dari 43 PAUD dan TK yang terdapat di seluruh Kab. Belitung, dengan jumlah peserta 1.000 lebih.

Ditemui usai acara, Soebagio dengan wajah penuh semangat karena bahagia dengan suksesnya acara tersebut mengatakan,’’ Tentunya dari hari Senin sampai terakhir pagi tadi, saya monitor antusiasnya sangat luar biasa. Karena memang 2 tahun ini, aktifitas betul-betul vakum yang berkaitan dengan masalah kesiswaan. Pak Bupati juga waktu pembukaan kemarin, sempat kaget pesertanya sampai 1000 sekian, untuk 9 cabang yang dilombakan,” ungkapnya.

Akan tetapi, poin penting penyelenggaraan lomba PAUD dan TK se Belitung ujarnya adalah upaya mencari potensi dalam rangka meningkatkan kreatifitas dan potensi seni siswa. “ Ini sesuai dengan tuntutan kurikulum merdeka, bagaimana kemampuan seorang guru untuk menggali potensi yang dimiliki para anak didiknya disekolah. Tentunya, usia TK ini mendasar, karena usia pertumbuhan dan pekembangan pada masa-masa ini,’’ terangnya.

Sehingga hal ini merupakan persiapan bagi mereka untuk meningkatkan ke tingkat pendidikan selanjutnya. ‘’ Jadi mereka sudah siap untuk berkompetisi dan siap menerima kurikulum di tingkat sekolah yang lebih diatas lagi. Karena salah satu kreatifitas, numerasi, literasi dan pembentukan karakter. Ini tujuan dari kurikulum untuk pendidikan dasar,” ujar Soebagio.

Sambungnya, lomba kali ini masih sebatas Kabupaten, akan tetapi dengan melihat potensi yang ada, ke depan dirinya berharap Provinsi harus melaksanakan sampai ke tingkat Nasional. “ Tapi ini sebenarnya merupakan bagian dari pada program-program yang memang sudah melekat dari tugas pokok dan fungsi dari kawan-kawan pada bidang PAUD,’’ jelasnya lagi.

Selanjutnya, berkaitan dengan kurikulum merdeka mengenai peran orang tua dalam pembentukan karakter, Soebagio menerangkan keberhasilan pendidikan para siswa harus ada kolaborasi dan sinergitas. ‘’Dan ini merupakan konsep pendidikan bahwa kerja sama dan sinergi orang tua, pendidik dan siswa itu harus berjalan bersamaan. Ini selalu kita sampaikan, kepada sekolah-sekolah. Tolong untuk ditingkatkan dan dikembangkan lagi suatu kerja sama. Tadi diacara {dalam sambutan penutupan}, saya sampaikan kalau orang tua tidak mendukung, peran serta mereka, mungkin tidak akan semeriah dan seheboh ini,’’ tuturnya mengenai acara tersebut.

Sehingga ia menilai adanya peran serta orang tua terhadap pendidikan anak, sudah tergambar dalam kegiatan ini. ‘’ Jadi ini sudah berjalan. Paling tidak bagaimana orang tua dilibatkan dalam satu peran. Istilahnya kita saling membutuhkan. Pendidikan harus seperti itu,’’ imbuhnya.

‘’ Kalau orang tua tidak care, tidak perhatian, saya sampaikan tadi mungkin anaknya tidak akan sampai disini. Dak kan sampai ke sekolah, karena mereka butuh pengawalan dari orang tua. Beda kalau dia SMP, sudah bisa sendiri. Jadi lihat sendirilah tadi. Hebohnya orang tua itu menandakan dukungan mereka sangat antusias,’’ pungkasnya. (Yusnani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *