Belitung, belitongbetuah.com—Anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rudi Hartono ( RH) kembali mengadakan kegiatan Sosialisasi Perda ( Sosper) di SW Resto, Jl. Aik Ketekok.
Kali ini yang disebar luaskan Peraturan Daerah Provinsi Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Peternakan dan Kesehatan.
Perda tersebut memuat kebijakan guna mendorong kemajuan pelaku usaha peternakan skala kecil dan mandiri di Babel.
RH yang juga menjabat sebagai Sekretaris Komisi III menyampaikan kepada masyarakat yang ikut kegiatan tersebut, bahwasannya sektor Peternakan merupakan salah satu sektor unggulan yang terus didorong untuk dikembangkan. Sehingga, berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan populasi dan produk ternak kepada para peternak.
Terangnya, pengembangan usaha peternakan yang dilakukan masyarakat secara mandiri, diarahkan berorientasi agribisnis.
Pengelolaan usaha secara terintegritas dari hulu ke hilir dilakukan secara efektif, efisien dan selalu mengutamakan pada peningkatan mutu sehingga dapat memberikan keuntungan secara berkelanjutan.
“ Produk hasil peternakan salah satunya telur. Bebek misalnya, telurnya dapat dibuat telur asin. Telur asin dalam berbagai rasa, seperti rasa udang. Tentu akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Sektor ternak, bisa menciptakan lapangan pekerja baru bagi masyarakat. Melalui Perda ini kita mendorong ke arah itu. Baik dari segi kesehatan, bantuan bibit, pengembangan usaha, dan lainnya yang berkenaan dengan peternakan,” bebernya.
Hanya saja, sekarang ini yang jadi kendala peternak, mahalnya harga pakan. Tetapi ketersedian pangan juga diatur, disamping itu juga adanya pemberdayaan SDM sehingga bisa menjadi peternak mandiri.
Terkhusus sebagai Provinsi Kepulauan, dimana bibit dan pakan masih disuplai dari luar, dengan sendirinya membuat harga kedua hal tersebut, melonjak. “ Banyak yang japri ke saya, bertanya bagaimana caranya menyiasati harga pakan ternak sekarang yang tinggi,” kata RH.
Tingginya harga pakan, juga turut dirasakan Supriyadi Majid, salah seorang peternak itik di Desa Air Merbau. Dalam Sosper tersebut, ia keluhkan selain harga pakan yang naik, juga ketersediaan bibit di Belitung yang terbatas. Meski dirinya menyadari, hal tersebut merupakan suatu resiko.
Supriyadi, sudah menjadi peternak itik, sejak 3 tahun lalu. Baginya, usaha tersebut cukup menjanjikan. Dari telur saja sebutnya, dengan harga Rp 3 ribu per butir, misal dapat sehari 100 butir, sudah bisa mendapatkan Rp 300 ribu per hari.
“Jadi kalau kita evaluasi dalam sebulan, itu lumayan bisa dapat Rp 9 juta -an. Itu dipotong lagi Rp 3 juta. Bersihnya masih ada Rp 6 juta masuk kantong,” tuturnya. (Arya)