Belitung, belitongbetuah.com – Usai melaksanakan upacara peringatan HUT ke-77 PGRI dan HGN yang diadakan di halaman Museum Maritim, Kamis (25/11) guru-guru tak langsung pulang. Banyak yang memanfaatkan mampir atau berkunjung ke dalam Museum Maritim.
Museum tersebut, memuat sejarah kemaritiman nusantara masa kolonial, Belitung sebagai lintas pelayaran dan perdagangan serta potret kemaritiman Indonesia. Pulang dari situ, dijamin, besoknya guru-guru akan menceritakan kunjungannya kepada para anak muridnya. Dan, bisa jadi, nantinya mereka punya program studi tour ke sana.
Jangankan para guru, beberapa rekan media yang semula bertujuan hanya meliput peringatan HUT PGRI dan HGN, ikut-ikutan latah berkunjung ke sana. Kepo juga. Apalagi, Wakil Bupati Belitung, Isyak Meirobie ditemani Kadis Pendidikan Belitung, Drs. Soebagio meninjau lokasi, dalam rangka pelaksanaan kegiatan Regional Workshop World Ocean Assessment (WOA) yang akan diadakan di Belitung pada 12-15 Desember 2022, bulan depan. Infonya, sebanyak 22 negara akan hadir, dengan jumlah 100 delegasi.
Dari tempat upacara sekitar 50 meter, ke museum tersebut. Langkah kaki Pak Isyak yang biasanya cepat, beberapa kali harus terhenti, lantaran guru-guru terutama bu guru, meminta berphoto dengan beliau. Beberapa awak media, dengan sabar menunggu hal tersebut. Baik masih berada di luar gedung, maupun sudah berada dalam gedung. Ada yang rombongan, ada yang hanya selfi berdua. Melihat bu guru berphoto, pak guru juga ikutan photo. Biarkan saja, kapan lagi bisa lihat guru-guru bahagia.
Museum itu sangat keren. Bangunannya 2 lantai, untuk acara WOA, di lantai 2 akan diadakan makan bedulang. Pada lantai atas, juga ada auditorium. Begitu kata Isyak. Bangunan Museum Maritim bergaya moderen minimalis. Tapi isinya syarat dengan potret sejarah kemaritimanan.
Yang paling seru, di dalam museum itu, ada anak kecil ditemani ibunya tengah asyik duduk menatap sebuah layar monitor berukuran besar. Tampilan dari layar itu membuat anak kecil itu terpesona, tapi kalau layar itu ada suaranya, pastilah anak kecil tadi akan tambah terpesona. Mungkin karena belum dibuka secara resmi, maka suara dari layar itu belum ada.
Isyak jadi pemandu kami. Ia memperlihatkan mulai dari akses masuk yang nantinya pakai kartu. Kemudian, mulai menceritakan, satu persatu space yang ada dalam museum tersebut, yang memuat benda-benda bersejarah. Kata Isyak, ini musuem maritim terbesar di Indonesia.
Ia juga memperlihatkan, perahu austronesia, lalu berbicara tentang arkeologi bawah air. Paling tidak tercatat 3 kapal tenggelam yang terkenal menghuni perairan kepulauan Bangka Belitung. Tek sing cargo, kapal karam di selat gelasa membawa muatan sekitar 350.000 buah keramik cina yang terdiri dari piring, mangkuk, cangkir. Jenis biru putih dari abad ke -19.
Tang cargo dari perairan Batu Hitam membawa 60.000 keping artefak masa dinasti Tang, yang terdiri dari emas murni dan keramik China. Terus, Ashigara Wreck di Selat Bangka merupakan kapal angkatan laut kekaisaran Jepang yang membawa sebuah pesawat terbang dan persenjataan perang.
Barang-barang bersejarah ini, dipamerkan dalam sebuah kotak kaca yang besar. Disusun teratur dan tertata rapi, lengkap dengan narasinya, sehingga pengunjung akan mengetahui bahwa ini merupakan artefak dari bangkai kapal Tek Sing, terus dari kapal tenggelam di Batu Hitam dan temuan artefak dari Selat Gelasa.
Sebelumnya, baru masuk museum, kita akan diperlihatkan kapal pinisi besar di tengah ruangan. Perahu itu dari didatangkan dari Bulukumba, Sulawesi selatan. Kemudian, di bagian dalam juga terdapat kapal-kapal pinisi berukuran sedang, yang dipamerkan disana.
Bila melihat ke dalam museum maritim, tak heran bila guru-guru, asyik berphoto, karena memang semua space yang ada sangat bagus untuk dijadikan spot photo. Kebayang gak, kalau itu sudah dibuka. Duh kerennya. BB pun merasa seolah-olah bukan berada di dalam sebuah bangunan yang ada di Belitung.
Asyik melihat-lihat, tanpa sadar BB terpisah dari rombongan Isyak dan rekan-rekan lainnya. Begitu ingin pulang, pengunjung sudah tak ada lagi, pintu bagian depan juga sudah terkunci, sehingga BB pulang lewat pintu belakang. (Yusnani)