Belitung, belitongbetuah.com – Hari Disabilitas Internasional diperingati setiap tanggal 3 Desember. Di Kab. Belitung sendiri, puncak perayaannya digelar Rabu (7/12) di gedung serba guna Pemkab Belitung. Berbagai lomba digelar oleh adek-adek kita penyandang disabilitas yang berasal dari SLB (Sekolah Luar Biasa), seperti lomba menghiasi makan bedulang, lomba mewarnai, lomba menyanyi berisyarat. Yang terselenggara karena adanya kolaborasi antara siswa, guru dan para orang tua. Selain itu, berbagai produk hasil karya murid-murid SLB ditampilkan di sana.
Adapun tujuan dari acara ini, terang Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Tanjung pandan, Rhama Duniati merupakan upaya untuk meneguhkan komitmen seluruh bangsa, dalam membangun kepedulian bagi perwujudan kemandirian, kesetaraan dan kesejahteraan penyandang disabilitas. ‘’ Pada acara ini, kita menyatukan mereka difabel atau disabilitas yang sudah selesai sekolahnya, bisa bergabung. Sebelumnya, kita mengadakan berbagai lomba. Ada lomba menghiasi makan bedulang, lomba mewarnai, lomba nyanyi berisyarat. Acara ini, menggabungkan unsur siswa, guru dan orang tua. Jadi semuanya berkolaborasi,’’ tuturnya.
Rhama yang ditemui BB usai acara, mengatakan perayaan Hari Disabilitas Internasional tahun ini mengangkat tema partisipasi bermakna menuju pembangunan insklusif yang berkelanjutan. Menurutnya, tema tersebut merefleksikan, bahwa kata bermakna itu memiliki fase perubahan transformatif, dimana berubahnya diharapkan berbentuk peran berbagai ragam disabilitas, yang lebih bemakna.
“ Dengan melihat, situasi penyandang disabilitas di Indonesia masih belum mendapatkan peran secara utuh, menyeluruh dan bermakna. Mereka itu bisanya sebagai subjek, bukan objek. Masih belum insklusif, masih diskriminasilah apalagi mungkin di Kabupaten Belitung ini. Kemudian, fase pembangunan menuju yang insklusif itu sesuai dengan tema internasional, dimana perubahan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi terbentuknya pembangunan insklusif diberbagai bidang,’’ ujarnya.
Sehingga setiap lembaga negara dan sektor swasta, tidak lagi mengabaikan hak dan kebutuhan disabilitas dalam berbagai praktik yang diselenggarakan. ‘’ Intinya disegala bidang itu, kita membutuhkan baik itu pelayanan yang insklusif, apalagi pelayanan pendidikan. Dimana pelayanan pendidikan di Kab. Belitung, khususnya sekolah-sekolah insklusif belum semua mengcover anak berkebutuhan khusus, karena memang kita masih terbatas sumber daya manusianya,’’ ungkapnya.
Di SLB Belitung sendiri kata Rhama terdapat 149 murid yang terdiri dari jenjang SD, SMP dan SMA. Yang paling banyak muridnya ada tingkat SD. Untuk SMP dan SMA jumlahnya sebanding. Terdiri dari 5 kekhususan yaitu tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa dan autis.
Bentuk, kurangnya kepedulian terhadap penyandang disabilitas, yang juga jadi persoalan adalah mengenai sulitnya mendapatkan tenaga kerja bagi mereka, ketika sudah menamatkan pendidikan di SLB, walaupun mereka punya skil, keterampilan. ‘’ Ada beberapa memang yang sudah memperkerjakan, tapi banyak dari OPD-OPD atau pelaku-pelaku usaha yang masih belum mau menerima. Jadi, harapannya kedepan, untuk penyandang disabilitas ini supaya mereka lebih mudah memperoleh pekerjaan, sesuai dengan kemampuan mereka,’’ imbuhnya.
Karena itulah melalui peringatan Hari Disabilitas Internasional, Rhama mengharapkan ke depannya, supaya anak-anak berkebutuhan khusus atau disabilitas memperoleh perhatian yang ekstra dari Pemerintah Daerah. ‘’ Walaupun kami ini merupakan naungan provinsi tapi alangkah lebih baiknya kita menyatukan kolaborasi. Karena kami (guru) ini yang wilayah kerjanya di Provinsi, sedangkan anak-anaknya dari daerah Belitung. Jadi, kedepannya untuk lomba-lomba paralimpik, mohon disupport dari Pemerintah Daerah,’’ harapnya.
Terkait lomba Pesonas (Pekan Special Olympic Nasional) yang penah mereka ikuti, Rhama sampaikan,’’ Itu yang kesulitan mencarikan dana. Karena Pesonas bukan lingkup dari sekolah lagi, tapi disabilitas umum. Anak-anak kita sebenarnya punya talenta-telanta yang tidak bisa diragukan lagi. Kalau mereka dilatih olah raga, mereka bisa berbicara ditingkat nasional dan internasional. Kami sudah mengikuti ajang Pesonas di Semarang (digelar tanggal 2-8 Juli 2022, mempertandingkan 12 cabang olahraga dan seni, diikuti 208 atlet berkebutuhan khusus). Ada 3 orang yang ikut mewakili Belitung. Itu perlu perhatian dari Dispora sendiri, seperti apa sih olah raga yang khusus untuk penyandang difabel. Jadi kita belum berpacu kesitu untuk persaingan di Kabupaten Belitung,’’ pungkasya. (Yusnani)