Tanjung Pandan, belitongbetuah.com – Minggu malam (5/2/2023) ribuan masyarakat tumpah ruah menyaksikan penutupan Festival Cap Go Meh, yang digelar selama 3 hari di Eks SMEP, depan Galeri KUMKM. Acara penutupan diwarnai sekitar 310 letusan kembang api, fashion show serta atraksi barongsai dan liong.
Masyarakat yang hadir, mengabadikan momen tersebut melalui hp ditangannya. Aktifitas jalan raya memang sempat terhenti sebentar, namun para pengendara tak merasa keberatan akan hal tersebut.
Perayaan Cap Go Meh yang berlangsung pada hari ke -15 atau malam terakhir perayaan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili, itu mampu menyedot masyarakat, serta telah memberikan warna baru sebagai salah satu event yang ada di Belitung. Keharmonisan dan silaturahmi antar umat beragama di Belitung dalam event tersebut, sangat menonjol.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Belitung, Isyak Merobie mengatakan, Belitung sudah membuktikan bahwa masyarakatnya memiliki toleransi yang tinggi, hermonis dalam menjaga kebersamaan dalam keberagaman.
Hal ini menjadi sebuah modal besar bagi Belitung buat membangun wisata. Sebutnya, ketika sektor wisata maju, secara otomatis ekonominya juga lebih maju. “Masyarakatnya lebih punya duit, lebih banyak rejeki, dan pasti lebih bahagia bersama keluarga,” ujarnya
Iapun juga menyampaikan perayaan Festival Cap Go Meh 2023, merupakan perayaan terakhir masa kepemimpinan Sahani Saleh (Sanem) – Isyak Merobie menjadi Bupati dan Wakil Bupati Belitung. Untuk itu, ia mengharapkan perayaan seperti ini bisa terus dilakukan, dan lebih baik lagi, sebagai bukti bahwa Belitung adalah Negeri Laskar Pelangi, dimana warna warni keanekaragaman suku, agama dan rasnya terbesar bagi Indonesia.
Bila melihat antusias masyarakat terhadap acara tersebut, apakah nantinya Festival Cap Go Meh akan menjadi event tahunan, mengingat ini tahun terakhir Sanem- Isyak. Ditemui usai Rapat Paripurna di DPRD Belitung, Senin (6/2/2023), Isyak mengatakan, “ Sebelumnya, kita pernah bikin Festival Cap Go Meh dadakan bersama kolaborasi Dinas KUKM, Dispar dan lainnya di Pelindo, suasananya Pelabuhan,” katanya.
Tahun ini setelah pandemi, “ Kita bikin lagi, di depan Galeri KUKM dengan suasana Perkotaan. Ini juga dadakan. Tidak ada pakai APBD untuk kegiatan Bazar, yang ada hanya tuk pendukung budaya, misalnya Barongsai, liong, musik. Sisanya kolaborasi dengan Bank Sumsel, BRI dan beberapa sponsor lainnya,” beber Isyak.
Namun sambungnya, yang paling penting bukan itu. “Yang paling penting, menunjukkan Belitung itu harmoni, toleransinya baik. Dengan lahirnya sebuah budaya, kita bisa berkolaborasi dan menyuguhkan perputaran ekonomi daerah. Selain itu, kita senang masyarakat berkumpul, bersatu dari berbagai agama, suku,” ujarnya.
Berikutnya ujar Isyak lagi, nantinya kita akan teruskan dengan festival lain. Misalnya, festival ketupat lebaran. “ Sebentar lagi. Ini sedang kami godok,” katanya. (Arya/ Yusnani)