Belitung, belitongbetuah.com – Bupati Belitung Sahani Saleh (Sanem) dalam acara Sekolah Lapangan Cuaca Nelayan yang diadakan Balai Besar Wilayah II BMKG pada Selasa (30/5), mengatakan sebagian besar sektor perekonomian di Belitung sekitar 15 hingga 20 persen, ditopang nelayan.
Hanya saja lanjut Sanem, nelayan Belitung masih menggunakan alat tangkap tradisional. Meski menggunakan peralatan tradisional, tidak membuat hasil tangkapan nelayan berkurang.
Hal itu dikarenakan laut Belitung mempunyai ikan yang melimpah di dalamnya. Bahkan, sebagian besar potensi perikanan Belitung di ekspor ke beberapa negara tetangga.
“Tapi mereka bahkan tidak tahu kalau yang mereka makan ikannya dari Belitung. Mereka tahunya dari Jakarta,” kata Sanem sapaan akrab Bupati Belitung
Pada kesempatan itu, di hadapan 100 nelayan yang jadi peserta, Sanem mengungkapkan hal yang mempengaruhi hasil tangkap nelayan adalah kondisi alam. Dimana, sebutnya kondisi alam tidak bisa lagi diprediksi berdasarkan kearifan lokal.
Sambungnya, kondisi alam telah berubah, sehingga mempengaruhi dan mempengaruhi hasil tangkap nelayan, sehingga membutuhkan teknologi untuk memantau faktor cuaca dan kondisi laut.
“Atas dasar itu lah kita (bersama PPN dan BMKG) memberikan pemahaman kepada nelayan dalam melaut karena cuaca itu sangat mempengaruhi laut, dan hasil tangkap nelayan,” ujarnya.
“Tapi sekarang sudah enak, karena sudah dapat dilihat terutama ikan yang beruaya, yang hidupnya berkelompok,” katanya.
Selain itu, terkait kondisi alam yang sulit di prediksi, Sanem menyarankan kepada nelayan untuk lebih berhati-hati saat melaut dan lebih memperhatikan keselamatan.
Sementara itu, Kepala PPN Tanjung Pandan, Arif Usman mengatakan, masyarakat nelayan sebenarnya sudah pintar, tapi pintarnya informal. Kemampuan tersebut, sangat berguna di lapangan.
Hanya saja, iklim yang berubah dalam 2 dekade ke belakang, mempengaruhi hasil tangkapan nelayan. “ Dulu, mungkin sekali melaut 4 hari dapat sekian ton. Sekarang hanya sekian peti,” ungkapnya.
Agar nelayan bisa mengimbangi, diperlukan teknologi informasi. Maksudnya ujar Arif kemampuan nelayan yang didapat dari lapangan dan pengalaman, bila ditambah informasi teknologi, itu match. Jadi, nelayan dengan cepat bisa beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Terkait hal tersebut, Arif mengatakan ketika informasi cuaca dan lokasi penangkapan ikan sudah didapat, sementara misalnya harga BBM naik, kondisi ini akan menjadi pertimbangan bagi nelayan untuk melaut.
Dalam artian, apakah harga BBM yang naik, masuk hitungan dengan mengingat kondisi cuaca, yang mempengaruhi keberadaan mereka di laut dan daerah mereka menangkap ikan.
Sehingga, menurutnya informasi cuaca yang baik, sangat dibutuhkan nelayan. “Kami sudah bicara dengan kepala Balai Besar wilayah II BMKG, mudah-mudahan nanti ada terobosan informasi yang dapat dirasakan oleh masyarakat nelayan di Belitung,” pungkasnya. (Arya)