Belitung, belitongbetuah.com – Pihak perusahaan PT Foresta Lestari Dwikarya memanen buah kelapa sawit di luar hak guna usaha (HGU) -nya. Inilah yang memicu emosi masyarakat di beberapa desa memuncak. Hingga terjadi kericuhan yang menyebabkan pembakaran kantor dan kendaraan perusahaan.
Koordinator Lapangan (Korlap) Martoni menjelaskan, berdasarkan hasil uji petik oleh Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) ada satu area perkebunan Foresta berada di luar HGU, luasannya kurang lebih 100 hektar yang berada di Dusun Aik Gede, Desa Kembiri.
Setelah itu, kata Martoni pihaknya langsung menyampaikan ke pimpinan PT. Foresta di Kantor Tanjung Rusa Estate (TRSE) yang dipimpin Manajer Perusahaan Aswin beberapa hari lalu, untuk menunjukkan lahan tersebut. Meminta agar sawit di area tersebut, jangan dipanen dulu sampai ada keputusan.
Sayangnya, permintaan itu tidak diindahkan. Pihak perusahaan tetap memanen sawit yang berada di luar HGU tersebut. Menugaskan karyawan dari beberapa divisi, memanen buah sawit sesuai instruksi Pusat.
Guna memastikan, masyarakat menuju area yang dimaksud. Di lokasi yang sama, sekitar pukul 10.00 wib, pada Rabu (16/8/2023) masyarakat bertemu dengan Aswin, Manajer PT. Foresta. Aswin menerangkan bahwa memanen sawit di areal itu, berdasarkan instruksi manajemen.
Diceritakan Martoni, kepada Aswin, ia sampaikan, bahwa selama ini masyarakat meminta untuk mendatangkan pihak manajemen serta menghubungkan dengan manajemen guna menyelesaikan permasalahan yang ada. Sebab masyarakat sudah cepek terhadap persoalan yang tidak pernah selesai.
“Kami pokoknya tidak mau tahu, nanti sore tolong sampaikan ke manajemen, kami minta jawaban. Kalau bisa hadirkan manajemen, kami capek, kami minta ke perusahaan untuk penyelesaian permasalahan,” tukasnya, kepada Aswin.
Karena kejadian itu, Martoni mengaku, sempat terjadi adu mulut dengan Aswin. Hal itu, membuat masyarakat terus berdatangan, hingga membuat masyarakat tidak sabaran. Namun, saat itu kondisi masih terkendali. Sambil menunggu jawaban, masyarakat pulang.
Kemudian, sekitar pukul 14.30 Wib, masyarakat kembali berkumpul di area Kantor PT. Foresta Tanjung Kembiri Estate (TKME). Lantaran, masyarakat terlanjur marah, belum sempat meminta jawaban, masyarakat secara spontan melempar batu ke kantor perusahaan.
“Ibu-ibu yang juga geram bahkan datang membawa kayu,” ujar Martoni.
Terhadap situasi itu, Martoni langsung meredakan , ia meminta jawaban pimpinan perusahaan, ” Saat saya tanya, katanya sudah disampaikan. Manajemen bilang, belum bisa hadir. Jawabannya jadi tidak jelas,” katanya.
Disebutkannya lagi, selama ini masyarakat sudah memiliki niat baik dan selama ini tidak pernah melalukan pengrusakan. Tapi mereka selalu beralasan. “ Jadi, begitu mendengar jawaban itu, masyarakat langsung marah karena masyarakat sudah tidak sabar,” ujarnya.
Kali ini, luapan kemarahan masyarakat tak terbendung. Hingga terjadi aksi pembakaran. Bahkan masyarakat mengejar pimpinan perusahaan, yang oleh aparat penegak hukum (APH) dilarikan untuk diamankan. “Masyarakat tidak puas, pembakaran kantor, tambah sebelahnya. Di bengkel ada mobil parkir dibakar,” tuturnya.
Ia menyebutkan, sebelumnya masyarakat melakukan patroli melewati area sekitar kantor dan pabrik, di sana masyarakat mendapati perusahaan dijaga APH. “Memang sampai di tempat kejadian banyak polisi berjaga,” jelasnya.
Saat melewati kantor perusahaan di TKME, banyak staf dan ada mobil menghalangi. Masyarakat yang marah langsung membalikkan mobil di pinggir jalan. Kaca mobil lainnya pun dilempari batu. (Arya)
Yuk, ikutin terus perkembangan informasi seputaran Belitong melalui media online belitongbetuah.com atau cukup meng-klik link Fanpage Facebook -nya Belitong Betuah yang selalu menyajikan berita terlengkap seputaran Belitong yang kami update…