Monolog Isyak, di Acara BETARE Terasa Mengharukan

oleh -

Belitung, belitong betuah.com — Isyak Meirobie bermonolog di puncak acara BETARE, yang di gelar di Bundaran Satam, pada Minggu 31 Desember 2023. BETARE atau pamitan, merupakan acara perpisahan bagi Sahani Saleh (Sanem) dan Isyak Meirobie, yang tepat berakhir masa jabatannya sebagai Bupati dan Wakil Belitung, tepat pada hari itu. Puncak acaranya diadakan bersamaan dengan malam pergantian tahun.

Dalam monolog itu, Isyak mengisahkan 45 tahun lalu, seorang anak lahir tak jauh dari Bundaran Satam. Dilahirkan di rumah seorang perwira angkatan udara, lantaran orang tuanya tak punya uang. Di tempatnya bermonolog, menyambung ingatannya yang kuat tentang masa kecilnya.

Di mana, tempat itu dulu merupakan lokasi Pasar Dalam. Di emperannya ada jualan singkong goreng seharga Rp 500. ‘’ Pasar kain dengan aroma pesingnya, ada pos polisi kecil di sudut pasar. Semua suku bangsa berkumpul, bercengkerama begitu damainya. Anak itu menjadi saksi, betapa kerasnya kehidupan,’’ ungkapnya.

Ia melanjutkan, bagaimana ketika penagih hutang mengintimidasi ayahnya di hadapan anaknya. Bagaimana teras rumahnya itu, meninggalkan jejak tekanan dan ancaman, saat kepala keluarga gagal menempati waktu pelunasan hutang.

Bagaimana seorang anak kelas 6 SD, ketakutan, meringkuk di belakang pintu, saat kerah baju ayahnya ditarik dengan keras oleh bekingan rentenir tersebut. Anak itu juga menjadi saksi, bagaimana hawa panas keluar dari oven kue ibunya. ‘’ Tukang kue bolu kukus dan tart ulang tahun yang dijajakan di pasar esok paginya. Sementara selembar rupiah nominal kecil dikumpulkan untuk suatu alasan. Bukan untuk hidup sehari pada saat itu, tapi ibu dan ayahnya sadar, yang harus dilakukan untuk masa depan anaknya, yaitu pendidikan,’’ ujarnya.

24 tahun kemudian, di tahun 2003, anak itu kembali, setelah menempuh pendidikan, sesuai harapan ayah ibunya. Pulang untuk menggunakan semua energi pikiran, hati dan fisiknya. Tak pernah terlintas, bahwa anak dari seorang tukang kue, yang lebih sering di bully, ketimbang di puji, pada 5 tahun lalu diberi kepercayaan bersama Pak Sanem menjadi Wakil Bupati Belitung.

Bagaimana tidak, saat itu jendela dan pintu tetangga di tutup rapat-rapat. ‘’ Karena pijakan orang tua kami di teras rumah mereka, akan membuat takut. Takut kalau orang tua kami akan meminjam uang. Dunia ini, penuh topeng. Saat kau anak tukang kue, mereka mem bully mu. Saat kamu, menjadi orang nomor di Belitung, mereka memuji dan mendekatimu. Tapi ia tak peduli, sebab ia terus berinovasi dan melayani,’’ ujar Isyak.

Akhirnya, malam ini marathon panjang itu tiba di garis finish. Walaupun tidak tiba dengan waktu terbaik, menjadi juara. Tapi tiba di finish adalah sebuah kebahagiaan. 5A tahun sudah, kami berdua di dampingi istri masing-masing, merawat dan membesarkan rasa tanggung jawab untuk masyarakat.

‘’ Kata orang, kamu orang nomor dua. Tapi ini bukan tentang orang nomor satu atau nomor dua. Bukan tentang nomor kekuasaan. Tapi ini tentang besarnya tanggung jawab di hati dan di pundak kita. Bapak ibu, anak itu kini berdiri di sini. Tak lagi disebut anak. Karena sudah bisa mengabdi. 20 tahun berlalu begitu cepat, tak ada sedikit pun penyesalan. Karena sesungguhnya, kalau kita melihat tawa, bahagia masyarakat kita, itu adalah vitamin lelah yang paling mujarab,’’ tuturnya lagi.

Sama seperti burung, memakan semut ketika dia hidup. Tapi ketika burung itu mati, ribuan semutlah yang memakannya. Demikian pula, satu batang pohon menghasilkan ribuan korek api. Tapi hanya butuh satu korek api untuk membinasakan banyak pohon.

Dari sini, Isyak mengajak kita untuk belajar bahwa jangan pernah memandang siapa pun ataupun menyakitinya. ‘’ Kamu, Aku, Mereka dan Kita, mungkin kuat hari ini. Tapi waktu akan lebih kuat dari kita. Karena waktulah yang akan mengakhiri perjalanan kita. Tidak perlu kita balas dendam kepada mereka yang merendahkanmu. Bersabar dan tunggulah. Jika kita beruntung, Tuhan akan menunjukkan pada kita kebesarannya,’’ katanya.

Ia pun lalu berpamitan kepada masyarakat Belitung, serta meminta maaf bila ada perkataan dan tindakan yang menyakiti. Sambungnya lagi, kini tak akan ada lagi yang mencereweti lampu jalan yang padam. Taman yang ada sampahnya. Selokan yang ada rumput liarnya. Lampu hias yang belum nyala pada saat pukul 18. 00 wib. Tak ada lagi yang akan menelpon, mempersiapkan IGD untuk pasien.

Atau menghubungi 119, untuk menjemput warga sakit. Tak ada lagi nomor HP yang belakangnya 717, yang akan muncul di HP kalian, yang mungkin membuat hidup kalian terasa beban. ‘’ Teruntuk Kepala BPJS Kesehatan, mohon maaf karena wa saya terlalu sering, mohon maaf kepada Direktur Rumah Sakit, saya mencereweti antrian warga saat menunggu pemeriksaan dokter. 119 mohon maaf, saya telepon terus kalau ada kecelakaan dan warga yang emergency.’’

‘’ PDAM, mohon maaf, mungkin karena air habis atau tidak jalan, saya selalu nelpon. Petamanan, karena lampu-lampu yang padam. DLH karena sampah, di mana masyarakat mulai tidak disiplin membuangnya. Puskes dan Dinkes, terima kasih karena telah berjuang bersama melawan covid 19. Dinsos, untuk upaya meng nol kan kemiskinan ekstrem. Dari puluhan ribu data pusat, menjadi 22, sekarang menjadi 2,’’ bebernya.

Ia melanjutkan, tadi pagi Yuspian, Pj Bupati telah dilantik. Sementara kami, akan kembali ke titik nol. Seperti monumen yang ada di depannya. Monumen Titik Nol Kilometer. ‘’ Tak ada yang abadi. Suatu ketika, kita semua akan menghadapi akhir. Baik akhir jabatan, maupun akhir kehidupan,’’ katanya, sembari mengucapkan terima kasih kepada Pak Sanem dan Istrinya, juga merasa bangga, menjadi mitra selama 5 tahun.

Kepada Pak Sanem, ia sampaikan semua akan merindukan dirinya. Tak ada lagi kalimat-kalimat pantun yang jadi ciri khas Pak Sanem. Itu semua, akan terus diingat. Kepada semua OPD, Forkopimda, Tim Kerja di Pemda, DPRD dan semua instansi. Juga kepada RT, RW, Kik Dukun, Kadus, Kaling, BPD, warga masyarakat, ibu-ibu, generasi milineal dan Gen Z, ia ucapkan terima kasih.

‘’ Maafkan kami, waktu kami telah habis. Dan maafkan istriku, waktu aku sedikit, buat kalian. Dan kepada masyarakat, kami tidak pergi. Kami hanya kehabisan waktu, untuk ruang abdi saat ini. Semoga takdir lain, yang ditorehkan Yang Maha Kuasa membawa energi terbaik di masa yang akan datang.’’

Di akhir, ia menitipkan program inovasi kepada Pj yang baru dilantik, serta berharap tidak dihapus, dan ditambah. Juga berharap semoga masyarakat tidak berat hati untuk menyapa mereka, ‘’ Semoga silaturahmi tetap terjaga. Terima kasih Belitung, kami pasti merindukan kalian semua, pada waktunya kami akan kembali,’’ ucapnya. (Yusnani)


Yuk, ikutin terus perkembangan informasi seputaran Belitong melalui media online belitongbetuah.com atau cukup meng-klik link Fanpage Facebook -nya Belitong Betuah yang selalu menyajikan berita terlengkap seputaran Belitong yang kami update…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *