Upah Kerja Tak Jelas, Buruh Proyek Talut di Pantai Samak – Pegantungan, Ramai- ramai Berhenti

oleh -

Belitung, belitongbetuah.com – Puluhan pekerja pada proyek pembangunan talut pengaman pantai Samak – Pegantungan beramai-ramai berhenti, lantaran pihak kontraktor tidak membayar gaji mereka hingga satu bulan lebih.

IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-09DESAAIKRAYAK
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-10DESAAIRMERBAU
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-11DESAPERAWAS
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-12DESAKACANGBUTOR
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-28DESATANJUNGRUSA
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-16DESAAIKPELEMPANGJAYA
previous arrow
next arrow
Shadow

Hal itu diungkapkan Dedek, salah seorang kepala tukang. Bersama dengan 12 orang pekerja lainnya, pada Jumat (15/6/2024), mereka menemui belitongbetuah.com disalah satu cafe di Tanjungpandan.

Di sana, Dedek menceritakan kalau proyek yang tengah mereka kerjakan merupakan proyek Pemerintah bersumber dari APBN senilai Rp. 18 miliar lebih tahun anggaran 2024. Terletak di Desa Sungai Samak dan Desa Pegantungan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pengerjaan proyek oleh kontraktor pelaksana PT. Limar Banyu Utama dengan CV Putra Jaya Semesta (KSO) dengan masa pengerjaan selama 300 hari kalander, dimulai 5 Februari 2024 lalu.

Dedek mengatakan, selama mereka bekerja, tidak mempunyai kejelasan terhadap upah buruh. Padahal mereka telah bekerja selama lebih dari satu bulan.

‘’Waktu kami dipanggil, di suruh bekerja di proyek itu, kami coba bertanya dengan perusahaan itu, berapa bayaran kami per meter, cuma tidak ada jawaban,’’ kata Dedek.

Meski belum mendapatkan kejelasan mengenai upah, tapi mereka tetap melaksanakan pekerja yang ditawarkan, sebab sudah didatangkan dari Bandung.

IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-18PADANGKANDIS
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-26DESAKEMBIRI
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-23DESASIJUK
IKLANSELAMATPELANTIKANDPRDBELITUNG-24DESAAIRSAGA
previous arrow
next arrow
Shadow

Setiap minggu ujar Dedek, mereka hanya diberi kasbon sebesar Rp 500 ribu, dari pemberi kerja untuk bertahan selama mereka bekerja di proyek tersebut. Tentu saja uang segitu tidak sepadan, sebab selain dipergunakan untuk kebutuhan di Belitung, juga untuk dikirimkan ke anak istri di kampung halaman mereka.

‘’Kasbon itu bukan upah, cuma hanya untuk bertahan selama kami di situ, itu juga diberikan gak jelas. Kadang Sabtu, kadang Senin, kadang selama 2 minggu diberikan ke kami, jadi kami merasa kami di perkerjakan tapi gak jelas upahnya,’’ ucap Dedek.

Bingung dengan sistim tersebut, Dedek akhirnya bertanya dengan pihak perusahaan, terkait upah mereka. “ Bayaran kami ini gimana, berapa per meternya. Jadi kami kecewa sudah datang jauh-jauh untuk bekerja, tapi pembayarannya gak jelas,’’ ujar Dedek.

Dikatakannya lagi, walau mereka belum tahu berapa upah dari proyek tersebut, namun ia tahu persis, seperti yang sudah-sudah bila nilai upah proyek pembangunan talut umumnya sekitar Rp. 900.000 sampai 1.000.000 per meternya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *