Kota Tanjungpandan Belum Bebas Tambang: Untuk Mewujudkannya Masih Menjadi Tantangan

oleh -

Tanjungpandan, belitongbetuah.com – Kota Tanjungpandan yang merupakan ibukota Kabupaten Belitung, sangat jelas disebutkan dalam RTRW nya menjadi kawasan bebas tambang.

Namun nyatanya, kata Ketua DPRD Kabupaten Belitung, Ansori masih ada aktivitas pertambangan di wilayah itu.

Seharusnya wilayah Tanjungpandan bebas (zero) dari aktivitas pertambangan. Dan untuk mewujudkannya masih menjadi sebuah tantangan.

Hal itu ujar Ansori berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung Tahun 2014- 2034.

Baca Juga: Kota Tanjungpandan, 2 Bulan Beruntun Alami Deflasi, Ini Kata Mirza Dallyodi, Anggota Komisi III DPRD Belitung

Tapi faktanya aktivitas tambang masih marak terjadi baik berbentuk badan perusahaan legal maupun penambang-penambang biji timah ilegal.

” Padahal dalam Perda itu juga diperkuat dengan pasal 35 huruf d yang menyebutkan kawasan Tanjung Pandan diperuntukkan bagi pariwisata alam,” kata Ansori, Rabu (3/7/2024).

Baca Juga: 5 Raperda Diakhir Masa Jabatan DPRD Belitung Periode 2019-2024, Apa Saja

Seperti diketahui, dari 3 leading sector Kab. Belitung, salah satunya sektor pariwisata. Terkait ini, pemerintah daerah telah menetapkan pariwisata sebagai lokomotif ekonomi masyarakat pasca tambang timah.

Namun ujar Ansori, untuk mewujudkan Kota Tanjungpandan bebas tambang tidak mudah, sebab tambang masih menjadi urat nadi perekonomian masyarakat.

“Itu masih cita-cita kita, mewujudkan kota Tanjung Pandan sebagai wilayah bebas dari aktivitas tambang, karenanya harus terus diperjuangkan,” imbuhnya.

Baca Juga: Aan Yakini Kondisi Inflasi di Beltim, Masih Bisa di Kendalikan

Selain masih menjadi sumber pendapatan masyarakat, hal yang cukup sulit dilakukan adalah mengubah pola pikir masyarakat dari tambang ke pariwisata. “ Merubah mindset itu, memang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang panjang,” tuturnya.

Ditambah lagi dengan kondisi ekonomi masyarakat pasca pandemi COVID-19. Efek tersebut, belum membuat pariwisata Belitung membaik. Lemahnya leading sektor tersebut, tak dipungkiri telah melemahkan juga ekonomi masyarakat. Sebab bicara pariwisata tentu bicara multiplier effect.

“ Maksudnya, jika maju akan berimbas pada banyak sektor, dan bila menurun pasti berdampak juga dengan banyak sektor,” tutur Ansori.

Untuk itulah katanya, Pemerintah Daerah terus melakukan upaya- upaya pemulihan ekonomi masyarakat, salah satunya dengan mengadakan Belitung Expo yang sekarang tengah berlangsung dari 1 – 5 Juli di Tanjung pendam dan event- event lainnya.

Sedangkan pada sisi lain, sebagian masyarakat pada akhirnya, ada pula yang kembali ke tambang sebagai pilihan perbaikan ekonomi. Tentu saja persoalan ini dilematis, antara tambang dan pariwisata. Yang sayangnya, kondisi berseberangan ini mungkin akan terjadi sampai beberapa waktu ke depan.

Karena itulah, dengan tidak menampik realitas yang ada, ke depannya harus ada formula khusus, terhadap 2 sektor tersebut. Di mana keduanya merupakan sumber pendapatan masyarakat Belitung. (Arya)


Yuk, ikutin terus perkembangan informasi seputaran Belitong melalui media online belitongbetuah.com atau cukup meng-klik link Fanpage Facebook -nya Belitong Betuah yang selalu menyajikan berita terlengkap seputaran Belitong yang kami update…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *