Belitung, belitongbetuah.com — Peluit panjang dibunyikan Wasit Andika, tanda berakhirnya laga final pertandingan kasti antara Tim Buluh Tumbang versus Tim Tanjungpendam, yang digelar Selasa sore (29/10/2024) di kawasan pantai Tanjungpendam.
Pemain dan ratusan pendukung Tim Buluh Tumbang bersorak kegirangan, setelah menang atas Tim Tanjungpendam dengan skor 14:10, melalui pertandingan yang sengit dan melelahkan.
Di babak kedua, Tim Buluh Tumbang terlihat mendominasi pertandingan. Pergantian tim terjadi begitu cepat. Regu pemukul tak pernah bertahan lama, sebab regu penjaga selalu mengintai setiap peluang dan pergerakan lawan.
Baca juga: Proposal BCIF Banyak Disebar, Tapi Uangnya Tidak Pernah Masuk Rekening Panitia
Taktik dan strategi dari 2 tim bermunculan dengan berbagai cara. Seperti di awal babak pertama, ketika Tim Buluh Tumbang dalam posisi regu penjaga, 5 orang pemain sengaja mengepung pemain nomor punggung 1, sehingga bola dengan mudah dilesatkan ke arahnya. Lalu, pergantian posisi pun terjadi.
Paling seru, ketika Tim Tanjung pendam saat berada pada posisi regu pemukul, Marna pemain veteran dengan nomor 12 itu, sengaja mendatangi pemain regu penjaga. Dia mengecoh sehingga pemain lawan fokus kepadanya. Walau pada akhirnya, dia berhasil terkena lemparan lawan, dan merubah posisi, namun rekan- rekannya, sukses kembali ke rumah, dan poin pun bertambah bagi Tim nya.
Baca juga: Kepedulian Fraksi BOS DPRD Belitung Pada Yosi, Anak Tunanetra Yang Berprestasi di Tingkat Nasional
Saking sengitnya pertandingan, Tim Tanjung pendam yang menjadi regu pemukul, sampai menyisakan 1 orang pemain saja di rumah. Pertukaran bebas juga terjadi, sewaktu pemain Tim Buluh Tumbang, alat pemukulnya terlepas saat memukul bola.
Nah, bagian yang paling mendapatkan perhatian dan sorakan penonton adalah posisi pelambung bola yang merupakan bagian dari regu penjaga.
Seharusnya, tugas pelambung bola melambungkan bola ke arah pemukul sesuai dengan keinginan pemukul. Sayangnya, di sini pelambung seolah- olah dengan sengaja melambungkan bola tidak sesuai keinginan pemukul.
Akibatnya, banyak Pemukul yang menolak untuk memukul. Setelah penonton protes dengan cara teriak, barulah pelambung melemparkan sesuai keinginan. Setiap pemukul memang mendapat jatah 3 kali memukul.
Entah itu sengaja atau bukan, tapi Andika sang wasit menyebutnya sebagai tehnik seorang pelambung. “ Setiap Pemukul memiliki kesempatan 3 kali, Cuma kadang pemukul sudah mukul duluan pada lemparan pertama. Ini yang kadang tidak dimanfaatkan pemukul. Saya melihatnya ini tehnik dari seorang pelambung,” katanya senyum, saat ditanya apakah pelambung itu sengaja atau tidak, ketika melambungkan bola kepada pemukul.