Tanjungpandan, belitongbetuah.com— Tilla warga Gang Cinkon, terlihat enjoy ketika mengantri untuk membeli santan kelapa di Pasar Hatta, pada Senin (8/4/2024). Padahal ia lumayan lama berdiri, menunggu gilirannya.
Sebelumnya, ia mengaku pagi hari sudah mengantri. Namun karena tadi pagi, orang yang mengantri cukup ramai, sedangkan dirinya masih ada kerjaan lain, maka ia keluar barisan, dan kembali lagi mengantri pada siangnya, sekitar jam 12 an.
Begitu memarkirkan motor, ia langsung berada kembali dalam barisan antrian. Uniknya, ia tak protes meski harus mengulang antrian. Karena memang, tak ada nomor antrian. Tak ada pula, yang coba merangsek maju ke depan. Semua tetap berada dalam barisan.
Kepada BB, ia katakan bila dirinya sudah bertahun- tahun, jadi pelanggan santan di kios milik Pak Hatta. Sebelum santan tren, sekitar 5 tahun belakangan, orang membeli kelapa parut, kemudian diolah sendiri di rumah masing- masing, menjadi santan. Namun sekarang ibu- ibu, enggan membeli kelapa parut, mereka lebih suka beli santannya saja. Lebih praktis dan simple, begitu kata mereka.
Jika Tilla, sudah pernah antri di waktu pagi, beda halnya dengan May, warga Air Raya. Ia sengaja datang pada siang hari, dengan harapan terhindar dari antrian. Namun, rupanya ia keliru.
“ Saya sengaja datang agak siang, biar tidak antri. Tapi rupanya, masih banyak juga yang beli santan,” ujar May kepada BB.
Yang membuat antrian May, bertambah lama, lantaran pas gilirannya, santan yang tersedia dalam toples plastik besar sudah habis. Sehingga, ia harus menunggu produksi santan selanjutnya.
Begitu santan dalam toples besar habis, sontak pekerja di bagian penimbangan dan pembungkusan, Putri dan Zalfah, langsung istirahat. Mereka meninggalkan pos- nya, sementara pembeli tetap setia dengan barisannya. Putri merupakan ponakan Pak Hatta, sedangkan Zalfah adalah cucunya. Mereka karyawan dadakan, yang sengaja di perbantukan.
Oh ya, harga sekilo santan Rp 18.000. Disampaikan Zalfah, tiap- tiap orang membeli santan bervariatif. Ada yang 2 kilo, sekilo, namun ada juga yang 5 kilo, 10 kilo, bahkan 20 kilo juga ada.
Kembali ke May, meski harus menunggu, namun tak tampak ke kecewa an di wajahnya . Begitu pula, dengan konsumen lainnya. Mereka tetap anteng menunggu giliran.
Butuh Proses
Hingga menjadi santan tentu ada prosesnya. Yang ke semua proses itu di kerjakan di tempat yang sama. Untuk bagian, pengupasan kelapa ada 4 orang. Yang bagian ini dilakukan sejak jam 3 pagi.
Setelah dikupas, kelapa- kelapa itu dipotong- potong. Selanjutnya di cuci, dibawa ke bagian pemarutan. Mesin parutnya ada satu, namun pegawai pemarutan ada 2 orang, mereka saling bergantian.
Berikutnya, kelapa yang sudah diparut itu, di bawa ke mesin peras santan. Bagian ini dilakukan Pak Hatta. Ayah 5 orang anak ini, memasukan parutan kelapa itu, sedikit demi sedikit. Setelah santan dalam wadah yang tersedia sudah penuh, Pak Hatta lalu membawanya ke bagian penjualan, yang berada di depan.
Melihat santan, sudah ada di meja depan, Zalfah dan Putri, kembali lagi ke posnya. Kembali melayani setiap pembeli yang sudah dengan sabar menunggu. May pun, langsung senang, ketika bungkusan santan yang dibelinya sudah diterima. (Yusnani)